MOSKOW, - Kepala bank Sentral Rusia, Elvira Nabiullina, mengatakan bahwa perekonomian Rusia saat ini sedang memasuki periode penyesuaian besar untuk mengatasi dampak sanksi yang diberikan AS dan sekutunya.
“Ekonomi kita memasuki masa sulit (karena) perubahan struktural terkait dengan sanksi. Seperti yang saya katakan, sanksi terutama mempengaruhi pasar keuangan, tetapi sekarang sanksi-sanksi tersebut akan mulai semakin mempengaruhi perekonomian,” kata Nabiullina pada Senin (18/4).
Menurutnya, Rusia masih memiliki cadangan devisa untuk mendukung perekonomian nasional, tetapi hal itu tidak akan dapat bertahan lebih lama, terutama setelah setengah cadangan aset nasional Rusia yang disimpan di luar negeri dibekukan oleh kebijakan sanksi.
“Masa ekonomi untuk bisa hidup dengan cadangan (devisa) sudah berakhir. Dan sudah di kuartal kedua atau awal kuartal ketiga, kita akan memasuki masa transformasi struktural dan pencarian model bisnis baru,” ujarnya.
Meski demikian, ia memuji langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah Rusia untuk mendukung ekonomi di tengah kebijakan sanksi, termasuk mewajibkan penggunaan mata uang rubel dalam pembayaran ekspor migas, dan mengembangkan sistem pembayaran internasionalnya sendiri pasca didepak keluar dari sistem pembayaran internasional, SWIFT.
“Ketika ancaman pemutusan sambungan dari SWIFT pertama kali muncul pada tahun 2014, kami mengembangkan SPFS, yang beroperasi sesuai dengan standar SWIFT. Peserta asing yang tertarik bekerja sama dengan mitra Rusia dapat bergabung. Saat ini sudah ada 52 organisasi asing dari 12 negara yang tergabung dalam SPFS,” ujarnya.