BERLIN, - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin ingin kembali ke kebijakan 'lingkup pengaruh' atau 'spheres of influence', tetapi dia tidak akan berhasil. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman, Munchner Merkur.
Scholz menekankan bahwa pemimpin Rusia “harus menerima bahwa komunitas demokrasi dan negara konstitusional tumbuh semakin dekat bersama di lingkungannya. ”
"Dia menginginkan Eropa yang terpecah dan kembali ke kebijakan lingkup pengaruh. Dia tidak akan bisa melakukan itu," kata Scholz.
Istilah 'lingkup pengaruh' sering digunakan dalam kaitannya dengan era Perang Dingin ketika dua negara adidaya utama, Amerika Serikat dan Uni Soviet, memberikan pengaruh di berbagai belahan dunia.
Moskow selama bertahun-tahun telah memperingatkan NATO untuk tidak melakukan ekspansi ke Eropa timur. Menurut pemerintah Rusia, ekspansi itu merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya. Rusia juga menyebut potensi masuknya Ukraina ke dalam aliansi disebut sebagai salah satu alasan di balik peluncuran operasi militer khusus di Ukraina.
Scholz menjelaskan bahwa Jerman dan sekutunya akan terus "bertahan selama yang diperlukan" dalam mendukung Ukraina dan mempertahankan tekanan ekonomi terhadap Rusia, tetapi tanpa terlibat dalam konfrontasi militer secara langsung dengan Moskow.
Menurut Sang Kanselir, Putin “tampaknya takut bahwa percikan demokrasi dapat menyebar ke negaranya” sehingga ia “mengejar kebijakan yang bertujuan untuk membubarkan NATO dan Uni Eropa.”
Menanggapi klaim Scholz, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan: “Beberapa kali percikan Jerman menyebar ke kami. Kami tidak akan membiarkan kebakaran terjadi lagi.”