BEIJING, - Presiden China Xi Jinping pada Rabu (22/6) mengatakan bahwa sejarah telah membuktikan bahwa kebijakan sanksi tidak hanya merugikan negara atau pihak yang ditargetkan saja, namun juga berdampak terhadap negara yang memberlakukannya. Hal itu, lanjutnya, sama seperti sebuah "pedang bermata dua" atau bumerang.
“Mempolitisasi ekonomi global dan menjadikannya alat atau senjata, dan dengan sengaja menjatuhkan sanksi dengan menggunakan posisi utama seseorang dalam sistem keuangan dan moneter internasional hanya akan berakhir dengan merugikan kepentingannya sendiri dan orang lain, dan menimbulkan penderitaan bagi semua orang,” katanya saat membuka forum bisnis virtual BRICS, dikutip Anadolu Agency.
Untuk diketahui, forum BRICS didirikan pada Juni 2009 dengan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan sebagai negara anggota.
"Keyakinan buta pada apa yang disebut 'posisi kekuatan' dan upaya untuk memperluas aliansi militer dan mencari keamanan sendiri dengan mengorbankan orang lain hanya akan menempatkan diri dalam dilema keamanan," tambah Xi Jinping.
Pernyataan tersebut ia sampaikan setelah negara-negara barat meningkatkan kebijakan sanksi terhadap Rusia atas situasi konflik Ukraina, dan menjadikan Rusia sebagai negara yang paling banyak mendapat sanksi di dunia.
China hingga saat ini masih menolak untuk mengutuk serangan militer Rusia ke Ukraina, dan justru mendukung sikap pemerintahan Vladimir Putin terhadap langkah ekspansi NATO ke Eropa Timur. Pada saat bersamaan, China juga menyerukan upaya untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi damai.
Pada pekan lalu, Xi juga mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Beijing akan terus mendukung Moskow, terutama terkait masalah kedaulatan dan keamanan nasional.