MOSKOW, - Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu, pada Minggu (3/7) memberitahu Presiden Vladimir Putin bahwa sisa-sisa pasukan Ukraina telah berhasil diusir dari wilayah Republik Rakyat Lugansk (LPR).
Shoigu mengatakan pasukan Rusia dan pasukan Donbass telah sepenuhnya merebut Lisichansk, kota besar terakhir yang sejak 2014 berada di bawah kendali pasukan Ukraina, ketika LPR mendeklarasikan kemerdekaannya tak lama setelah terjadinya kudeta pemerintahan di Kiev.
Rusia dan Ukraina melaporkan pertempuran sengit di sekitar Lisichansk awal pekan ini, dengan pertempuran paling sengit terjadi di sebuah fasilitas kilang minyak kota itu.
Berita pembebasan kota Lisichansk oleh pasukan Rusia muncul setelah pasukan Ukraina dikabarkan mundur dari Severodonetsk, kota terdekat di seberang Sungai Donets Seversky, pekan lalu. Pertempuran untuk Severodonetsk telah berlangsung selama beberapa bulan.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status otonomi khusus. Protokol, yang dimediasi oleh Jerman dan Perancis itu, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk yang terletak di Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar pemerintah Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Sementara itu, Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.