AUCKLAND, - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada hari Kamis (7/7) mengecam langkah negara-negara yang berusaha untuk mengisolasi negara-negara besar dan tidak melibatkan mereka dalam proses negosiasi. Ardern menegaskan bahwa "diplomasi harus menjadi alat terkuat dan panggilan de-eskalasi paling keras."
Dalam pidatonya di sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh Lowy Institute di Sydney, Ardern berpendapat bahwa terlalu sederhana untuk melihat perkembangan geopolitik modern sebagai kontes antara demokrasi dan negara-negara otoriter, mengingat tatanan dunia saat ini sudah "sangat berantakan."
"Di tengah ketegangan yang kami lihat meningkat termasuk di kawasan Indo-Pasifik kami, diplomasi harus menjadi alat yang paling kuat dan seruan de-eskalasi (penurunan ketegangan) yang paling keras. Kami tidak akan berhasil, namun, jika pihak-pihak yang ingin kami ajak untuk terlibat semakin meningkatkan isolasinya, maka wilayah yang kita huni ini menjadi semakin terpecah dan terpolarisasi," kata Ardern, dikutip Sputniknews.
Dia lebih lanjut menyatakan bahwa dunia seharusnya tidak "secara alami berasumsi" bahwa krisis Ukraina "adalah demonstrasi lintasan yang tak terhindarkan di area lain dari kontes geostrategis," tambah Ardern merujuk pada tuduhan yang dibuat oleh pemerintah AS, bahwa China sedang mengambil pelajaran dari konflik Ukraina sebagai bagian dari persiapan serangan militer terhadap Taiwan.
Adern juga mengecam upaya untuk mendorong konfrontasi blok di Asia-Pasifik atas kekhawatiran tentang kehadiran China yang berkembang di wilayah tersebut.
"Perancis, Jepang, Inggris, AS, dan China semuanya telah memainkan peran di wilayah Pasifik selama bertahun-tahun. Adalah salah untuk menggolongkan keterlibatan ini, termasuk China, sebagai hal baru. Juga merupakan hal yang salah untuk memposisikan Pasifik sedemikian rupa sehingga kawasan ini harus memihak," tegasnya.