WASHINGTON, - Mantan penasihat keamanan nasional AS di era pemerintahan Donald Trump, John Bolton, mengaku bahwa ia dulu pernah merencanakan aksi kudeta di negara lain. Ia juga menyebut prosesnya membutuhkan "banyak upaya".
Hal itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan reporter CNN Jake Tapper pada Selasa (12/7).
“Ini juga merupakan kesalahan...bahwa entah bagaimana ini adalah kudeta yang direncanakan dengan hati-hati yang ditujukan pada Konstitusi. Bukan itu cara Donald Trump melakukan sesuatu: itu bertele-tele dari satu setengah ide besar ke yang lain, satu rencana yang gagal dan yang lain muncul - itulah yang dia lakukan. Seperti yang saya katakan, tidak ada yang bisa dipertahankan,” kata Bolton kepada Tapper.
Bolton kemudian berbicara untuk membela praktik kudeta di negara lain dan berpendapat bahwa operasi intelijen saja tidak cukup untuk melakukan hal itu.
"Saya tidak setuju dengan itu sebagai seseorang yang telah membantu merencanakan kudeta - tidak di sini, tetapi Anda tahu, di tempat lain - itu membutuhkan banyak pekerjaan," kata Bolton.
Tapper kemudian bertanya kepada Bolton apa yang dia maksud, dan mantan penasihat Gedung Putih itu mengatakan bahwa dia tidak akan "menyebutkan secara spesifik" tetapi merujuk pada upaya AS 2019 untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro di Venezuela, dengan mendukung Juan Guaido, seorang politisi oposisi.
"Gagasan bahwa Donald Trump setengah kompeten seperti oposisi Venezuela menggelikan," tambah Bolton.