TEHERAN, - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (19/7) meminta Amerika Serikat untuk berhenti "merampok" minyak Suriah. Hal itu ia sampaikan saat berkunjung ke Teheran untuk bertemu dengan sejumlah tokoh pemerintah Iran dan Turki.
Pada kesempatan itu, Rusia-Iran-Turki juga meminta AS untuk tidak memperburuk situasi krisis kemanusiaan di Suriah dengan kebijakan sanksi sepihaknya.
"Pasukan Amerika harus meninggalkan wilayah timur sungai Efrat dan berhenti merampok negara Suriah, rakyat Suriah, dan mengekspor minyak (Suriah) secara ilegal," kata Putin kepada wartawan pada Selasa (19/7) malam, dikutip RT.com.
Menurut laporan media, ratusan tentara AS masih beroperasi di Suriah secara ilegal. Mereka diduga mengendalikan sumur minyak dan ladang gandum di timur laut negara itu, sejak berhasil mengalahkan kelompok teroris Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS), bekerjasama dengan Syrian Democratic Forces (SDF). SDF yang didukung AS telah menolak untuk berintegrasi kembali dengan pemerintahan Presiden Bashar Assad di Damaskus, yang ingin digulingkan oleh Washington.
Sejak 2019, AS telah berusaha untuk menghukum siapa pun yang mencoba membantu rekonstruksi Suriah yang dilanda perang melalui “Undang-Undang Perlindungan Sipil Caesar Suriah”. AS juga menuduh pemerintah Presiden Bashar Assad melakukan tindak kejahatan perang dan memblokir semua bantuan internasional ke Damaskus.
Putin mengatakan pada hari Selasa bahwa sanksi AS itu memiliki "hasil yang menghancurkan" dan bahwa bantuan kemanusiaan ke Suriah "tidak boleh dipolitisasi."